Sabtu, 03 November 2018

SBH Warureja ngamen untuk bencana Palu










Terkumpul dana 4.103.900 untuk Bencana Palu, Donggala dan Sigi, diserahkan melalui Pramuka Peduli Kwarcab Tegal.


Minggu, 14 Oktober 2018

"Kecambah" (cerpen ttg pertumbuhan organisasi)

Temu kangen, kawan lama nampaknya lumayan mengobati kerinduan untuk membangkitkan memori indah. Dia, Jony, teman SDku dulu, pernah sebangku. Kini dia bekerja sebagai CEO dari sebuah perusahaan di Tegal yang sedang tumbuh.

Senang rasanya melihat sesuatu yang tumbuh, seperti dia. Mungkin juga karena tumbuh adalah satu kata paling mendasar dalam hidupku, falsafah. Ya, bisa disebut demikian. Nilai dasar yang sedang diperjuangkan dalam hidup. Menurutku, tiap orang wajib memilikinya.

Obrolan mengalir di bawah teduhnya terpal biru yang jadi penghalang matahari memanasi kulit kami berdua. Ini adalah pertama kalinya jumpa dengan Jony setelah 10 tahun lebih kami berpisah. Es kelapa muda, traktiran dia kini sudah tinggal separuh gelas. Memang sudah kebiasaanku, saat istirahat kantor aku selalu kesini. Es kelapa muda dekat jembatan sebelah Dispermades Kab. Tegal. Syukur takdir mempertemukanku dengan kawan lama disini.



"Selamat, kamu benar-benar tumbuh" ucapku membanggakan karirnya kini. 
"Ah,.. sawang-sinawang mas" renyah dia tertawa dengan gayanya yang khas, tidak berubah sejak SD.

Tiba-tiba sosok Jony mengingatkanku akan percobaan kecil saat kami memakai seragam putih merah dulu, yaitu menumbuhkan kecambah. 

"Jon, ingatkah jaman SD dulu kita melakukan percobaan menumbuhkan kecambah?"
Jony mengingatnya dan mencoba menyebutkan satu per satu bahan percobaan itu, sebutir kacang hijau sebagai bibit, kapas sebagai media tanam, air dan cahaya matahari.

Mungkin kebanyakan orang dewasa seumuran kami masih ingat jelas percobaan ini, simple, bermakna. 

"Betul sekali, dan kamu selalu tumbuh mirip kecambah itu" gurauku terlepas.
"Ah, justru kamu yang pintar menumbuhkan organisasi" balasnya.

Aku memang aktif di beberapa organisasi, dan senang sekali tumbuh bersama mereka. Meskipun bukan sebagai ketua, namun setidaknya ada satu hobiku dalam tiap organisasi yang kugeluti, yaitu membuat orang senang bersama dalam pertumbuhannya.

Rupanya sedikit banyak Jony mengetahui aktivitasku di organisasi, mungkin dia memantaunya dari dinding facebookku.

Entah mengapa tiap percakapan demikian membuatku merasa semakin tumbuh. "Satu iman", istilahku untuk teman yang mempunyai paradigma sama. Tiap tutur dialog dengan Jony ini membuatku merasakan pertumbuhan yang nyata. 

Kulihat es kelapa muda Jony tinggal menyisakan air sedikit. 
"Nambah lagi, om" seru dia ke penjual
"Sekalian dong" imbuhku

Jony, CEO muda itu menceritakan perjuangan membangun perusahaannya dari awal, bersama sang ayah yang setahun lalu baru meninggal. Pabrik pemecah batu, di Balapulang. Namun sedikit harapan yang mengganjal, dia merasa perusahaannya akan semakin melejit jika dia mempunyai jaringan, semacam organisasi kemasyarakatan ungkapnya.

"Betul juga" jawabku.
"Organisasi itu mirip jari, Jon"
"Jika jari kita utuh, kita mampu mengangkat barang berat" Jony mengangguk.
"Sama dengan jari kaki juga, kalo utuh, kita bisa berjalan dengan lurus" tambahku.

"Nah itu, bagaimana caranya menumbuhkan organisasi?" rasa penasaran jony jelas kutangkap di matanya. Aku tersenyum, berhenti sejenak, kutatap dia.
Matanya mulai mencari jawaban di wajahku.
Nampak sekali raut muka dia yang haus akan pertumbuhan.   

"Ya, seperti kita menumbuhkan kecambah" kembali kuingat percobaan sederhana itu.
"Persis!" tegasku

"Maksudmu bagaimana?" Jony memajukkan wajahnya.

Kurasa apalah bedanya kita dengan kacang hijau. Media tanam berupa kapas dengan wadahnya itu ibarat organisasi, kumpulan, asosiasi, instansi, atau perserikatan apapun yang menjadikan kita bisa berkumpul. Tempat yang dimana kita berada disitu maka kita akan tumbuh.

"Dan air ini.." kuangkat beberapa tetes air di sendok es kelapa muda dari gelasnya.
"Akan menghidupkan kacang hijau itu, karna air adalah unsur dari segala makhluk hidup" ungkapku.

"Kacang hijau itu pun merasa tak asing lagi, karna air itu adalah bagian dari dirinya" ujarku.

"Ya.. ya" jony mengangguk pelan.
"Jadi aku harus memberi pemahaman kepada orang bahwa organisasi itu adalah bagian dari dirinya?" tanya Jony dengan lirih.

"Ya, betul" tegasku.
"Air itu adalah pemahaman yang meresap ke dalam kapas, hingga orang di dalam organisasi itu merasa... ini gue banget!"
"Aku bisa tumbuh disini, di organisasi ini, ini yang aku cari"

Tidak akan bisa tumbuh seseorang dalam organisasi jika dia merasa dia di tempat yang salah. Tugas kita memberikan air itu dalam organisasi, hingga mereka yang di dalamnya merasa memiliki, terserah dengan cara apapun.

Maka tumbuhlah kecambah, hari demi hari, memanjang batangnya dengan kuncup daun di ujungnya.

"Lalu apa itu sinar matahari?" tak sabar jony ingin megetahui maknanya.
"Kau tau Jon, matahari membuat semua tumbuhan tergerak ke arahnya?"

"Ya" kata Jony.

"Arah tumbuh yang sama"
"Itu adalah visi organisasi!" tegasku
"Bukan kepentingan-kepentingan yang lain!"

Sinar matahari membuat semua tumbuhan menoleh ke arah yang sama, satu tujuan, satu nilai falsafah.

Matahari pun bisa membuat tumbuhan bisa mencerna makanannya sendiri, artinya semua orang dalam organisasi itu bisa menggali potensinya dan tersampaikan aktualisasi diri, salah satu kebutuhan dasar manusia yang terakhir.

"Tapi kecambah tumbuh lebih cepat jika tanpa cahaya matahari" tiba-tiba Jony teringat percobaan serupa.

"Betul sekali, batangnya memanjang lebih cepat" jawabku

Terkadang kecambah dalam kegelapan memang tumbuh lebih cepat karna hormon pertumbuhan yang bernama auxin, aktif dikala matahari tenggelam di sisi lain lingkaran bumi.

"Namun lihat dengan jelas, Jon, lihat"
"Kecambah yang demikian batangnya rapuh dan daunnya menguning"
"Apakah itu pertumbuhan yang kau inginkan di organisasimu?"

Jony menarik sudut bibirnya, perlahan tersenyum dan lagi-lagi mengangguk-anggukan kepalanya.
"Hebat juga kamu ya" puji dia padaku.
"Ah!! sawang-sinawang, Jon" kami tertawa terbahak bersama.


============= Sekian ==================

Ditulis oleh:
Bagus Johan Maulana, SKM
ASN di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.
Seniman, pegiat organisasi Pramuka Saka Bakti Husada, Forum Lingkar Pena, Karang Taruna, Asosiasi Perawat Luka & Inkontinensia.

Minggu, 23 September 2018

Era Digital, Pramuka Dituntut Jadi Agen Kebaikan

Slawi – Pada era digital ini, Pramuka tidak hanya dituntut untuk mengamalkan dasa dharma di kehidupan sehari-hari, namun juga menjadi “agen kebaikan” yang aktif menyampaikan pesan-pesan positif melalui media sosial. Sosok pramuka yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya tentu tidak akan menyebarluaskan berita bohong atau hoaks di tengah masyarakat.


“Kalau kita menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap diri, keluarga, masyarakat bangsa dan negara, kita tidak akan saling menyakiti atau membuat fitnah-fitnah. Ketika pikiran, perkataan, dan perbuatan jadi satu sikap, maka tidak akan ada hoaks dan saling membenci,” terang Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo, SH MIP saat memimpin Upacara Peringatan Hari Pramuka di Bumi Perkemahan Martoloyo, Jumat (21/9).
Orang nomor satu di Jawa Tengah itu menegaskan, era digital seperti saat ini harus diisi dengan prestasi. Pramuka sebagai generasi muda yang sehari-hari bergelut dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) hendaknya menularkan keterampilannya itu kepada masyarakat yang tinggal di sekelilingnya. Pasalnya, kehadiran TIK dapat dimanfaatkan untuk membangun sistem informasi desa yang baik hingga mengembangkan usaha secara online.
Ditambahkan, Pramuka adalah generasi muda luar biasa yang terus bergelut dengan teknologi informasi dan komunikasi. Mereka akan membuat Saka milenial.
“Mereka akan membangun sistem informasi dan di situ akan melatih siapapun yang tertarik untuk menggunakan teknologi informasi. Mudah-mudahan Kwarnas, Kwarda, Kwarcab bisa mengakomodasi itu dan ini menjadi yang pertama di Indonesia, inisiatif anak-anak Jawa Tengah,” ujar gubernur.
Alumnus UGM itu berharap, pramuka dapat mengajak masyarakat untuk menyambut tahun politik secara damai. Pramuka diminta untuk memberi contoh cara berdemokrasi yang baik.
“Ibu Bupati Tegal menyampaikan kepada saya akhir tahun ini ada pilkades serentak. Maka memilih seorang kepala desa pun pramuka juga akan bisa memberikan contoh bagaimana berdemokrasi yang baik. Memilih bupati, gubernur dan sebentar lagi memilih presiden serta legislatif. Jangan hoaks, jangan fitnah, ambil hal positif dari para kandidat yang ada,” pesannya.
Pada rangkaian upacara peringatan Hari Pramuka di Bumi Perkemahan Martoloyo itu, Gubernur Ganjar Pranowo juga memperoleh Tanda Penghargaan Dharma Bhakti. Mantan anggota DPR RI itu mengaku, sejak duduk di bangku SD hingga SMA dirinya memang aktif mengikuti kegiatan kepanduan tersebut.
“Saya menyampaikan terima kasih kepada Kwarda Jateng dan Kwartir Nasional atas Tanda Penghargaan Dharma Bakti yang saya terima sesaat sebelum upacara ini berlangsung. Mudah-mudahan ini mampu memicu saya sendiri untuk terus bersama-sama gerakan Pramuka memajukan Indonesia,” ucapnya.
Sementara itu, Plt Bupati Tegal Dra Umi Azizah meyakini, pramuka adalah wadah kreativitas pembentuk karakter bangsa.
Untuk itu, gerakan pramuka harus menjadi teladan, menjadi contoh gerakan perubahan.

“Gerakan Pramuka harus menjadi pelopor perwujudan nilai-nilai integritas, nilai-nilai kesantunan, tata krama dan budaya saling menghargai,” pungkasnya.
Sebagai informasi, rangkaian kegiatan Perkemahan Satuan Antar Karya atau Peransaka digelar selama enam hari berturut-turut mulai 16-21 September di Bumi Perkemahan Martoloyo sebagai peringatan Hari Pramuka ke-57. Kegiatan Peransaka mencakup berbagai aktivitas kreatif, produktif, edukatif, inovatif dan rekreatif ini diikuti oleh hampir seribu orang peserta dan pembina pendamping dari berbagai kontingen cabang se-Jawa Tengah.
Penulis: Ar, Humas jateng
Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Senin, 17 September 2018

HUT PRAMUKA KE 57, Resmi di Buka Plt Bupati Tegal


Perkemahan Antar Satuan Karya Pramuka (Peransaka) VII Kwarda Jawa Tengah yang dipusatkan di Bumi Perkemahan Martoloyo Desa Suniarsih Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal resmi dibuka, Minggu (16/9) malam. Peresmian pembukaan ditandai penekanan tombol sirine oleh Plt Bupati Tegal Umi Azizah yang diikuti pesta kembang api.



Turut hadir Wakil Ketua Kwarda Jawa Tengah Hernowo Budi Luhur, Sekda Tegal yang juga Ketua Kwarcab Tegal dokter Widodo Joko Mulyono, anggota Forkompinda, Kepala OPD Pemkab Tegal dan pimpinan Satuan Karya se Jawa Tengah.

Plt Bupati Tegal Umi Azizah dalam sambutannya mengatakan, selama lebih dari setengah abad pergerakannya di Indonesia, Gerakan
Pramuka sebagai organisasi pendidikan non formal terbesar di
Indonesia mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang baik. "Banyak tokoh besar di Indonesia yang lahir dari wadah kepramukaan ini," ujarnya

Menurutnya, Pramuka berperan penting membentuk karakter anak bangsa. Nilai-nilai
Pramuka konsisten dengan semangat nasionalisme,
kesetiakawanan sosial dan cinta lingkungan.

"Hal ini sejalan dengan
program penguatan pendidikan karakter bangsa kita, bagaimana
membangun pribadi siswa yang mandiri dan penyiapan generasi emas tahun 2045," tandasnya

Umi menuturkan, meski jumlah anggota pramuka di Indonesia kini mencapai 17 juta orang, namun dalam perkembangannya kini, kegiatan pramuka
dipandang sudah tidak menarik di kalangan generasi millenial yang
cara yang cara berpikirnya berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.

Hasil survei salah satu lembaga penelitian pada 1.501 Siswa di lima kota besar di Indonesia tahun 2015 lalu menyebutkan
bahwa 60,3 persen siswa tidak tertarik dengan kegiatan Pramuka.
Hanya sekitar 39,4 persen-nya saja yang yang tertarik dengan kegiatan Pramuka.

"Inilah tantangan pembinaan kepramukaan di era revolusi industri. Bagaimana Pramuka mampu beradaptasi dengan derkembangan zaman dan kembali diminati generasi mudanya. Tujuannya agar penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam Trisatya dan Dasa Darma Pramuka dapat diterima, diresapi dan diamalkan dengan bangganya oleh kaum muda sebagai kader pemimpin calon
penerus estafet pembangunan di negeri ini," tegasnya

Untuk itu, lanjutnya, sebagai wadah kreativitas pembentuk karakter bangsa,
Pramuka hendaknya tidak terjebak pada rutinitas yang monoton, pada formalitas yang menjemukan, tetapi sudah harus berpikir kekinian, dimana Pramuka harus adaptif dengan kemajuan teknologi informasi. Pramuka harus kreatif juga inovatif, harus punya terobosan yang
sesuai dengan kebutuhan serta karakter generasi milenial saat ini. Jika ini dilakukan maka, revitalisasi gerakan Pramuka nyata adanya.

"Di bumi perkemahan ini, di Peransaka ke-7 ini saya mengajak para pembina, para pendidik, sentuhlah rasa cinta, bangkitkan rasa bangga
generasi muda kita pada tanah airnya sehingga rasa cinta tanah air
benar-benar tertanam di dalam diri setiap anggota Pramuka. Sibukkan kehidupan remaja kita, anak-anak didik kita dengan berbagai kegiatan
positif yang juga menggembirakan di Pramuka. Dan persiapkan agar
semua anggota Pramuka ini kelak menjadi pemimpin. Jika jadi menjadi pejabat, jadilah pejabat yang melayani, yang rendah hati dan tidak korupsi," pungkasnya.

Ketua Sangga Kerja Peran Saka VII Kwarda Jawa Tengah Ninda Puspita Dewi menjelaskan, perkemahan antar satuan karya Pramuka diikuti 735 Anggota Satuan Karya yang tergabung dalam Kontingen Kwarcab se Jawa Tengah. Kegiatan bertujuan untuk membina dan mengembangkan mental, fisik, pengalaman,  pengetahuan dan keterampilan Pramuka Penegak Pandega sesuai minat bakatnya melalui kegiatan nyata yang berguna bagi masyarakat.

"Peran Saka VII merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Pramuka ke 57 Kwarda Jawa Tengah, termasuk Estafet Tunas Kelapa. Kegiatan mengusung tema Berbudaya, Inovatif, Tangkas yang disingkat Bintang," paparnya

Pramuka Membentuk Karakter Anak Bangsa


Perkemahan Antar Satuan Karya Pramuka (Peransaka) VII Kwarda Jawa Tengah yang dipusatkan di Bumi Perkemahan Martoloyo Desa Suniarsih Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal resmi dibuka, Minggu (16/9) malam. Peresmian pembukaan ditandai penekanan tombol sirine oleh Plt Bupati Tegal Hj.Umi Azizah yang diikuti pesta kembang api.



Turut hadir Wakil Ketua Kwarda Jawa Tengah Hernowo Budi Luhur, Sekda Tegal yang juga Ketua Kwarcab Tegal dokter Widodo Joko Mulyono, anggota Forkompinda, Kepala OPD Pemkab Tegal dan pimpinan Satuan Karya se Jawa Tengah.

Selama lebih dari setengah abad pergerakannya di Indonesia, Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan non formal terbesar di Indonesia mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang baik. "Banyak tokoh besar di Indonesia yang lahir dari wadah kepramukaan.

Pramuka berperan penting membentuk karakter anak bangsa. Nilai-nilai pramuka konsisten dengan semangat nasionalisme, kesetiakawanan sosial dan cinta lingkungan.

"Hal ini sejalan dengan
program penguatan pendidikan karakter bangsa kita, bagaimana membangun pribadi siswa yang mandiri dan penyiapan generasi emas tahun 2045," ujar Plt Bupati Tegal

Bupati menuturkan, meski jumlah anggota pramuka di Indonesia kini mencapai 17 juta orang, namun dalam perkembangannya kini, kegiatan pramuka dipandang sudah tidak menarik di kalangan generasi millenial yang cara yang cara berpikirnya berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.

Menurut analisa survei salah satu lembaga penelitian pada 1.501 Siswa di lima kota besar di Indonesia tahun 2015 lalu menyebutkan
bahwa 60,3 persen siswa tidak tertarik dengan kegiatan Pramuka. Hanya sekitar 39,4 persen-nya saja yang yang tertarik dengan kegiatan Pramuka.

"Inilah tantangan pembinaan kepramukaan di era revolusi industri. Bagaimana Pramuka mampu beradaptasi dengan derkembangan zaman dan kembali diminati generasi mudanya. Tujuannya agar penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam Trisatya dan Dasa Darma Pramuka dapat diterima, diresapi dan diamalkan dengan bangganya oleh kaum muda sebagai kader pemimpin calon
penerus estafet pembangunan di negeri ini," tegasnya

Sejatinya Pramuka sebagai wadah kreativitas pembentuk karakter bangsa, hendaknya tidak terjebak pada rutinitas yang monoton, pada formalitas yang menjemukan, tetapi sudah harus berpikir kekinian, dimana Pramuka harus adaptif dengan kemajuan teknologi informasi. Pramuka harus kreatif juga inovatif, harus punya terobosan yang sesuai dengan kebutuhan serta karakter generasi milenial saat ini. Jika ini dilakukan maka, revitalisasi gerakan Pramuka nyata adanya.

Di bumi perkemahan ini, di Peransaka ke-7 ini saya mengajak para pembina, para pendidik, sentuhlah rasa cinta, bangkitkan rasa bangga
generasi muda kita pada tanah airnya sehingga rasa cinta tanah air
benar-benar tertanam di dalam diri setiap anggota Pramuka. Sibukkan kehidupan remaja kita, anak-anak didik kita dengan berbagai kegiatan
positif yang juga menggembirakan di Pramuka. Dan persiapkan agar semua anggota Pramuka ini kelak menjadi pemimpin. Jika jadi menjadi pejabat, jadilah pejabat yang melayani, yang rendah hati dan tidak korupsi.

Ketua Sangga Kerja Peran Saka VII Kwarda Jawa Tengah Ninda Puspita Dewi menjelaskan, perkemahan antar satuan karya Pramuka diikuti 735 Anggota Satuan Karya yang tergabung dalam Kontingen Kwarcab se Jawa Tengah. Kegiatan bertujuan untuk membina dan mengembangkan mental, fisik, pengalaman,  pengetahuan dan keterampilan Pramuka Penegak Pandega sesuai minat bakatnya melalui kegiatan nyata yang berguna bagi masyarakat.

"Peran Saka VII merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Pramuka ke 57 Kwarda Jawa Tengah, termasuk Estafet Tunas Kelapa. Kegiatan mengusung tema Berbudaya, Inovatif, Tangkas yang disingkat Bintang

Pramuka 32 Daerah Ikuti Peransaka VII

BOJONG- Perkemahan Antar Satuan Karya (Peransaka) Daerah VII Kwartir Daerah Jateng Tahun 2018 secara resmi dibuka Pelaksana Tugas Bupati Tegal, Umi Azizah di Lapangan Desa Suniarsih, Kecamatan Bojong,Kabupaten Tegal, Minggu (16/9) malam.

Kegiatan diikuti 799 Pramuka Penegak/Pandega, dari 32 kabupaten/ kota di Jateng. Mereka merupakan anggota dari 12 Satuan Karya (Saka), yang ada saat ini.
Yakni Saka Taruna Bumi, Saka Bhayangkara, Saka Dirgantara, Saka Bahari, Saka Wana Bakti, Saka Kalpataru, Saka Bakti Husada, Saka Wira Kartika, Saka Widya Bakti Saka Kencana, Saka Bina Sosial dan Saka Pariwisata.
Selama lima hari ke depan, peserta kemah di Bumi Perkemahan Martoloyo, Suniarsih, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Kegiatan pembukaan diawali defile kontingen, dilanjutkan dengan upacara adat Cakra Adhi Birawa dipimpin oleh Wakil Ketua Kwarda Jateng Bidang Bina Muda, Hernowo Budi Luhur.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Forkopimda Kabupaten Tegal, kepala SKPD Kabupaten Tegal, pengurus Kwarcab dari berbagai daerah. Wakil Ketua Dewan Kerja Daerah Jateng, Ninda Puspita Dewi dalam sambutannya menyampaikan, Peransaka Daerah dilaksanakan untuk mempertemukan anggota Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega seluruh Jateng guna saling bertukar pengalaman, mempererat tali persaudaraan dan mengaplikasikan bakti kepada masyarakat.
”Kegiatan bertujuan membina dan mengembangkan mental, fisik, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega sesuai minat dan bakatnya melalui kegiatan nyata yang hasilnya berguna bagi masyarakat,” tutur Ninda Puspita Dewi.
Menurut Ninda, dari 35 kabupaten/ kota di Jateng, tiga daerah diantaranya belum berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Yakni Kabupaten Purworejo, Pati dan Temanggung. Dengan semangat yang tercantum dalam tema ”Bintang” yakni berbudaya, inovatif dan tangkas, peserta dapat mewujudkan hal-hal baru melalui Satuan Karya yang telah dipilihnya.
Selama lima hari, berbagai kegiatan akan diikuti peserta. Diantaranya, giat umum dan rutin, pentas seni, giat prestasi seperti lomba maket lalu lintas, aeromodelling, sinematografi kebudayaan, Duta Peransaka 2018, kerasi daur ulang sampah, lomba memasak menu makanan sehat, temu pimpinan kontingen dan outbound. Dalam upacara pembukaan tersebut, peserta dihibur oleh penampilan grup hadrah dari Madrasah Aliyah Mahadut Tholabah, Babakan , Tari Guci yang dimainkan lima siswa SMA3 Slawi, dan kembang api.
Plt Bupati Tegal, Umi Azizah menyambut baik kegiatan tersebut. Menurutnya baru kali ini dirinya mengikuti upacara pembukaan kegiatan Pramuka yang dilaksanakan malam hari. Umi menyampaikan, Pramuka berperan penting membentuk karakter anak bangsa.Nilai-nilai Pramuka konsisten dengan semangat nasionalisme, kesetiakawanan sosialdan cinta lingkungan.
Sayangnya, meski jumlah anggota pramuka di Indonesia kini mencapai 17 juta orang, namun dalam perkembangannya kini, kegiatan pramuka dipandang sudah tidak menarik di kalangan generasi millenial yang cara yang cara berpikirnya berbeda dengan generasigenerasi sebelumnya.
”Hasil survei salah satu lembaga penelitian pada 1.501 siswa di lima kota besar di Indonesia tahun 2015 lalu menyebutkan bahwa 60,3 persen siswa tidak tertarik dengan kegiatan Pramuka. Hanya sekitar 39,4 persen-nya saja yang yang tertarik dengan kegiatan Pramuka,” ungkap Umi.
Untuk itu, sebagai wadah kreativitas pembentuk karakter bangsa, Pramuka hendaknya tidak terjebak pada rutinitas yang monoton, pada formalitas yang menjemukan, tetapi sudah harus berpikir kekinian, dimana Pramuka harus adaptif dengan kemajuan teknologi informasi. (H45-32)